Minggu, 12 Oktober 2014



PENDEKATAN TRADISIONAL UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI


Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Teori Akuntansi yang dibina Dr.H.Eka Ananta S., SE., MM., Ak., CA.


Oleh
                                     Dyah Ayu Khumairo           1204224203191
                                     Syukriyah                             120422425873

PROGAM STUDI S1 AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS NEGERI MALANG
Oktober 2014
BAB 1
PENDAHULUAN

Telah sekian lama berbagai pendekatan diterapkan untuk merumuskan teori akuntansi. Beberapa dari pendekatan tersebut dikenal sebagai pendekatan “tradisional”, karena pendekatan tersebut ditandai dengan tidak adanya proses verifikasi yang jelas dalam upaya mengembangkan suatu teori akuntansi. Pendekatan tradisional merupakan riset konvensional dan bukannya riset aliran baru yang mengandalkan pemikiran tradisional untuk merumuskan kerangka akuntansi konseptual. Kita dapat membedakan beberapa pendekatan tersebut menjadi:
1.      Pendekatan nonteoritis
2.      Pendekatan deduktif
3.      Pendekatan induktif
4.      Pendekatan secara etis
5.      Pendekatan sosiologis
6.      Pendekatan ekonomi.
Pada bab ini, masing-masing pendekatan akan dibahas dari segi kontribusinya terhadap formulasi suatu teori akuntansi, dan dari segi keunggulannya secara relatif bagi akuntansi, perbedaan antara penyusunan dan verifikasi teori, hakikat teori akuntansi, daan metodologi untuk memformulasikan teori akuntansi.








BAB 2
PEMBAHASAN

2.1  Hakikat Akuntansi: Berbagai Gambaran
Committee on Terminology dari American Institute of Certified Public Accountants pada awalnya mendefinisikan akuntansi sebagai berikut:
Akuntansi adalah seni pencatatan, pengklasifikasian, dan pengikhtisaran, dengan aturan baku dan dalam satuan uang, transaksi dan peristiwa yang paling tidak sebagian darinya, memiliki karakter keuangan, dan selanjutnya interpretasi atas hasilnya.

Belakangan ini, akuntansi telah didefinisikan dengan referensi pada suatu konsep informasi:
Akuntansi merupakan aktivitas jasa. Fungsinya adalah menyediakan informasikuantitatif, terutama yang bersifat keuangan, mengenai entitas ekonomi yangdimaksudkan untuk dapat memberikan manfaat dalam pengambilan keputusan,dan dalam membuat pilihan logis di antara serangkaian tindakan.

Definisi-definisi di atas mengacu kepada akuntansi baik sebagai “seni” maupun sebagai suatu “aktivitas pelayanan” dan secara tidak langsung menyatakan bahwa akuntansi mencakup sekumpulan teknik yang dianggap berguna bagi bidang-bidang tertentu.

2.1.1 Akuntansi sebagai Ideologi 
Ideologi merupakan pandangan umum yang terlepas dari wawasannya yang perihal dan mungkin penting, mencegah kita untuk memahami masyarakat di mana kita tinggal dan kemungkinan untuk mengubahnya. Akuntansi dipandang sebagai suatu fenomena ideology sebagai suatu sarana untuk mempertahankan dan melegimitasi aturan-aturan sosial, ekonomi dan politik yang berlaku saat ini. Akuntansi juga telah dianggap sebagai suatu mitos, simbol, dan ritual yang memungkinkan penciptaan aturan-aturan simbolis yang mana di dalamnya agen-agen sosial dapat saling berinteraksi.
Kedua persepsi tersebut juga tertanam dalam pandangan umum yang melihat akuntansi sebagai instrumen dari rasionalitas ekonomi dan sebagai alat sistem kapitalis.Persepsi akuntansi sebagai instrument rasionalitas ekonomi digambarkan dengan sangat baik oleh Weber, yang mendefinisikan rasionalitas formal dari suatu tindakan ekonomi sebagai “tingkat sampai sejauh mana perhitungan kuantitatif atau akuntansi mungkin dilakukan secara teknis dan secara nyata dapat diterapkan”

2.1.2 Akuntansi sebagai Bahasa
Akuntansi dipandang sebagai suatu bahasa bisnis. Akuntansi adalah satu alat mengkomunikasikan informasi suatu bisnis. Persepsi akuntansi sebagai suatu bahasa ditekankan dalam banyak buku teks akuntansiyang paling terkenal. Sebagai contoh, Ijiri berpendapat bahwa:
Sebagai bahasa bisnis, akuntansi memiliki banyak hal yang sama dengan bahasa lain. Berbagai aktivitas bisnis sebuah perusahaan dilaporkan dalam laporan akuntansi menggunakan bahasa akuntansi, seperti halnya berita yang dilaporkan dalam surat kabar dengan bahasa Inggris. Dalam menunjukkan suatu peristiwa dalam akuntansi, seseorang tidak hanya berhadapan dengan risiko tidak dimengerti tetapi juga risiko menerima hukuman untuk kesalahan penyajian,kebohongan atau sumpah palsu. Komparabilitas dari laporan menjadi satu hal yang penting dalam menjalankan fungsi suatu bahasa secara efektif entah bahasa inggris maupun bahasa akuntansi. Pada waktu yang sama, bahasa juga harus fleksibel untuk dapat beradaptasi terhadap lingkungan yang berubah.

Persepsi akuntansi sebagai bahasa ini juga diakui oleh profesi akuntansi, yang menerbitkan buletin terminologi akuntansi. Hal ini juga diakui dalam literatur empiris, yang mencoba untuk mengukur komunikasi dari konsep akuntansi.
Apa yang menjadikan akuntansi sebagai suatu bahasa? Untuk menjawab pertanyaan ini,mari lihat pada persamaan potensial antara akuntansi dengan bahasa. Hawes mendefinisikan bahasa sebagai berikut:
Simbol manusia bukanlah tanda-tanda yang disusun secara acak yang mengarahkepada konseptualisasi referensi yang terisolasi dan terpisah. Simbol manusiadisusun dalam suatu tata cara sistematis atau terpola dengan aturan khusus yangmengatur penggunaannya. Susunan simbol ini disebut suatu bahasa, serta aturanyang memengaruhi pola dan penggunaan simbol membentuk tata bahasa dari bahasa tersebut.

Definisi ini dan definisi lainnya menunjukkan bahwa terdapat dua komponen dari bahasa, yaitusimbol dan aturan tata bahasa. Jadi, pengakuan akuntansi sebagai dua tingkat dalam akuntansi. Hal itu mungkin dapat dibuktikan sebagai berikut:
1.      Simbol atau karakter leksikal
2.      Aturan tata bahasa

2.1.3  Akuntansi sebagai Catatan Historis
Umumnya, akuntansi telah dipandang sebagai suatu sarana penyediaan sejarah/historis suatu organisasi dan transaksi-transaksinya dengan lingkungannya. Baik bagi pemilik maupun pemegang saham perusahaan, pencatatan akuntansi menyediakan suatu sejarah kepengurusan manajer terhadap sumber daya pemilik. Konsep kepengurusan pada dasarnya Birnberg membedakannya menjadi empat periode :
a.       Periode Pemeliharaan Murni
b.      Periode Pemeliharaan Tradisional
c.       Periode Utilisasi Aktivad
d.      Periode Terbuka
Dua periode pertama mengacu pada kebutuhan agen untuk mengembalikan sumber daya secara utuh kepada prinsipal dengan melakukan pekerjaan secara minimal guna memenuhi fungsi pemeliharaan. Dalam dua periode ini, pengungkapan data neraca dianggap sudah memadai.Periode ketiga mengacu pada kebutuhan agen untuk memberikan inisiatif dan wawasan dalam menggunakan aktiva untuk melakukan rencana yang telah disetujui. Sebagai tambahan selain neraca, periode ini membutuhkan diperolehnya data evaluasi kinerja atas efektivitas penggunaan aktiva.
 Terakhir, periode terbuka berbeda dari periode utilisasi aktiva dengan memberikan fleksibelitas yang lebih tinggi dalam penggunaan aktiva dan memperbolehkan agen untuk memetakan arah dari utilisasi aktiva. Birnberg menguraikan konsep terakhir ini sebagai berikut: Hal ini mencakup tidak hanya arah awal, tetapi juga menentukan titik waktu kritis yang menentukan kapan aturan tersebut harus diubah. Seperti pengendalian strategis, fungsi kepengurusan membutuhkan adanya suatu tingkat tanggung jawab signifikan yang dijalankan oleh si pelayan. Gugus tugas ini mungkin memiliki ciri-ciri struktur yang lemah dan sejumlah ketidakpastian yang signifikan.
 Hal ini menunjukkan bahwa kita mungkin menemukan sistem pelaporan kita terjepit oleh komunikasi. Kebutuhan akan detail di satu sisi danrisiko kompleksitas yang berlebihan di sisi lain.

2.1.4 Akuntansi sebagai realitas ekonomi masa kini 
Akuntansi juga telah dipandang sebagai suatu sarana untuk mencerminkan realitas ekonomimasa kini. Tesis utama dari pandangan ini adalah bahwa baik neraca maupun laporan laba rugi harus didasarkan pada suatu basis penilaian yang lebih mencerminkan kenyataan ekonomi daripada biaya historis. Tujuan utama dari gambaran akuntansi ini adalah penentuan laba yang sebenarnya, suatu konsep yang mencerminkan perubahan kesejahteraan perusahaan pada suatu periode waktu.

2.1.5 Akuntansi sebagai sistem informasi 
Akuntansi selalu di pandang sebagai sesuatu sistem informasi sistem. Akuntansi diasumsikan menjadi suatu proses yang menghubungkan suatu informasi atau pemancar, dan serangkaian penerima. Pada dasarnya ketika dianggap sebagai suatu proses komunikasi akuntan didefinisikan sebagai proses pengodean observasi dalam bahasa sistem akuntansi manipulasi tanda sekaligus pelaporan sistem dan tambahan empiris. Pertama mengasumsikan bahwa sistem akuntansi adalah sebagai satu-satunya sistem pengukuran formal yang ada di organisasi. Kedua memperbesar kemungkinan perancangan sesuatu sistem akuntansi yang optimal dan mampu menyediakan informasi yang berguna pada pengguna. Perilaku pengirim adalah hal terpenting baik dari segi reaksi terhadap informasi maupun kegunaan dari informasi yang dibuat.
Keunggulan gambaran akuntansi sebagai suatu sistem informasi dinyatakan sebagai berikut: Sistem akuntansi alternatif tidak perlu lagi dijusdifikasi dalam hal kemampuannya untuk menunjukkan laba yang sebenarnya maupun ketepatannya dalam menyajikan sejarah selama pengguna yang berbeda-beda memperoleh manfaat dari informasi tersebut maka kegunaan dari sistem dapat ditentukan.


2.1.6 Akuntansi sebagai komoditas 
Akuntansi juga dipandang sebagi suatu komoditas yang merupakan hasil dari suatuaktivitas ekonomi. Akuntansi ada karena terdapat permintaan akan informasi khusus dan akuntanmau dan mampu untuk menghasilkannya. Sebagai suatu komoditas publik, akuntansi menyediakan dasar  ideal untuk regulasi, memberikan dampak kepada kebijakan publik dan mengawasi seluruh jenis kontrak antara organisasi dengan lingkungannya. Pilihan informasi akuntan dan teknik akuntan selanjutnya mungkin memiliki dampak pada kesejahteraan dari berbagai kelompok di masyarakat. Sebagai hasilnya, terdapat suatu pasar untuk informasi akuntan yang mendorong adanya permintaan dan penyediaan.
Sebagai contoh: Munculnya gambaran akuntansi sebagai suatu komoditas sekali lagi menyediakan suatu contoh langsung mengenai cara di mana pemikiran akuntansi mencerminkan isi sosialnya. Akuntansi telah bangkit sebagai suatu era menjamurnya regulasi dan meningkatnya kepedulian terhadap kepentingan publik dalam situasi sumber daya yang langka dan banyaknya permintaan yang saling bersaing. Hal ini telah memberikan pemikiran bagi kebijakan akuntansi yang mencoba untuk membantu pengalokasian dari sumber daya dalam melayani kepentingan publik.

2.1.7 Akuntansi sebagai mitos 
Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai mitos atau ritual simbolis. Akuntansi menciptakan mitos yang merupakan cara mudah memahami dunia ekonomi dan menjelaskan fenomena kompleks. Melalui akuntansi, suatu fenomena ekonomi kompleks diterjemahkan bagi para pengguna dengan cara yang lebih mudah dan dapat dimengerti, sehingga menciptakan lebih banyak mitos daripada kenyataan. Sebagai akibatnya, pengumpulan informasi akuntansi sebagai ritual yang diharapkan dan dimaksudkan untuk menunjukkan bahwa telah dibuat pilihan- pilihan yang cerdas dan bahwa terdapat suatu komitmen untuk melakukan penerapan secara sistematis dari informasi akuntansi terhadap keputusan-keputusan.
Suatu penggunaan informasi akuntansi secara simbolis menjadi sebuah perilaku manajerial yang tepat. Seperti yang dinyatakan oleh Martha Feldman dan James March: Pengumpulan informasi menyediakan suatu jaminan yang bersifat ritual bahwa telah dilakukan sikap yang benar dalam pengambilan keputusan. Dengan scenario kinerja tersebut, informasi tidak hanya menjadi sekadar dasar untuk tindakan. Informasi adalah suatu sebagai penyajian kompetensi dan pengukuhan dari nilaisosial. Perintah dari informasi dan sumber informasi meningkatkan kompetensi dan menginspirasikan keyakinan. Kepercayaan bahwa informasi yang lebih banyak akan menunjukkan keputusan yang lebih baik menimbulkan suatu keyakinan bahwa memilki informasi adalah baik.
Dan bahwa seseorang atau organisasi dengan lebih banyak informasi adalah lebih baik jika dibandingkan dengan seseorang atau organisasi dengan sedikit informasi. Jadi pengumpulan dan penggunaan informasi dalam organisasi merupakan bagian kinerja dari suatu pengambil keputusan atau suatu organisasi yang sering mencoba membuat keputusan yang cerdas dalam suatu situasi di mana verifikasidari kecerdasan sangatlah prosedural dan normatif. Seorang pengambil keputusan yang baik adalah seseorang yang membuat keputusan dengan cara seperti yang dilakukan oleh seorang pengambil keputusan yang baik, dan para pengambil keputusan dan organisasi membakukan legitimasi mereka dengan penggunaan informasi mereka.



2.1.8 Akuntansi sebagai alasan logis 
Akuntansi mungkin dapat dipandang sebagai suatu alasan logis. Akuntansi mungkin digunakan untuk melekatkan makna terhadap peristiwa dan karenanya menyediakansuatu justifikasi bagi kejadian mereka di masa mendatang. Dengan adanya ketidak tepatan dan ketidakpastian yang melingkupi kebanyakan angka akuntansi, akuntansi mungkin digunakan sebagai suatu cara untuk melegitimasi pemunculannya. Oleh sebab itu, akuntansi menjadi suatu perisai jaminan atau sertifikasi otoritas terhadap angka tersebut dan menyediakan suatu alasan pemikiran atas tindakan yang berdasar pada angka tersebut.
Pada dasarnya, angka tersebut bukanlah angka imajiner, angka tersebut adalah produk sah dari akuntansi digunakan untuk menjustifikasi pengambilan keputusan tertentu. Rasionalisasi tindakan menjadi penggunaan utama dari laporan-laporan akuntansi. Karena keputusan organisasi, sekali dilakukan, perlu untuk dijustifikasi, dilegitimasi, dan dirasionalisasikan, akuntansi menjadi suatu sarana tindakanyang berguna. Pengembangan dari keahlian akuntansi mengikuti kebutuhan untuk menguatkantindakan organisasi. Perkembangan ini ditandai oleh dua kecenderungan: meningkatnya pelembagaan keahlian serta tumbuhnya penentuan tujuan dan abstraksi dari ilmu akuntansi, yangmenyediakan dasar bagi seseorang untuk mencoba secara formal mengimplikasikan peran yangdijalankan oleh akuntansi

2.1.9  Akuntansi sebagai perumpamaan 
Akuntansi mungkin dipandang sebagai perumpamaan. Akuntansi memberikan kontribusi terhadap penciptaan suatu gambaran atau citra dari organisasi. Akuntansi bertindak sebagai suatu gambaran organisasi melalui peristiwa yang telah diseleksi dan transaksi yang terjadi di organisasi. Konsekuensinya adalah timbul perasaan akan pentingnya akuntansi dan konsepsi tertentu mengenai realitas organisasi. Konsekuensi kedua adalah bahwa gambaran yang diciptakan dari interpretasi terseleksi dan penyajian beberapa peristiwa selanjutnya menciptakan suatu lingkungan yang stabil dan pasti serta menjadi dasar dari pengambilan keputusan.

2.1.10 Akuntansi sebagai percobaan 
Akuntansi dapat dipandang sebagai percobaan. Akuntansi cukup fleksibel untuk mengakomodasi berbagai situasi, mengadaptasi solusi-solusi baru untuk masalah baru, dan beradaptasi terhadap kasus-kasus yang paling kompleks. Perusahaan-perusahaan dapat melakukan percobaan melalui pemakaian data, teknik, laporan, atau pengungkapan akuntansiyang berbeda agar sesuai dengan lingkungan tertentu yang mereka miliki dan untuk beradaptasi terhadap kondisi yang berubah, dan bukannya terhambat atau terpaku kepada pendekatan konvensional yang sama. Akuntansi merupakan percobaan terutama ketika ia bersifat sukarela,inovatif, dan tentatif.
Akuntansi memungkinkan seseorang untuk menginvestasi respons-respons yang diberikan terhadap berbagai opsi-opsi akuntansi dilihat dari kegunaannya terhadap berbagai unsur penyusun dan untuk memastikan dampak dari respons sebelumnya yang belum dipelajari dan menentukan serangkaian tindakan yang berbeda-beda. Sebagai percobaan, akuntansi membiarkan dirinya melalui tahap percobaan dan kesalahan menuju pencarian solusi yang paling kontinjen untuk situasi yang ada serta berbagai respons dan perilaku yang diharapkan.Kesuksesan akuntansi sebagai percobaan terletak pada berbagai respons yang mungkindiberikan oleh para individu terhadap data. L.A. Boland dan G.A.  Newman mengidentifikasi tanggapan yang mungkin dari tiga jenis individu terhadap data, tergantung pada teori-teori yang dianut oleh individu mempertimbangkan pengetahuan yang ada dan bagaimana mereka seharusnya merespons data tersebut; tiga jenis individu tadi adalah seorang apriori, seorang skeptik, dan seorang pesimistis.

2.1.11 Akuntansi sebagai Distorsi 
Karena akuntansi digunakan untuk mengendalikan atau memengaruhi tindakan-tindakan baik dari pengguna internal maupun eksternal, akuntansi menjadi sasaran ideal bagi pihak-pihak yang mencoba untuk memanipulasi arti dari pesan yang akan dilihat oleh pengguna. Terdapat empat kelompok yang mungkin memengaruhi atau dipengaruhi oleh pesan-pesan akuntansi: subjek yang perilakunya memberikan data bagi pesan-pesan akuntansi; akuntan yang menyiapkan data; akuntan yang memeriksa data; dan penerima data. Masing-masing kelompok tersebut mungkin selanjutnya tergoda untuk melakukan perilaku disfungsional dan bukannya tindakan normal ketika terlibat dengan sebuah pesan akuntansi.
Perilaku disfungsional mencakup pengiriman suatu pesan yang tidak jujur atau terdistorsi, yaitu, “suatu hal yang diharapkan oleh manajemen untuk dinterpretasikan dengan cara-cara yang tidak konsisten dengan keyakinan aktual mereka mengenai atribut-atribut yang belum diteliti dari keputusan mereka. ” Insentif untuk memanipulasi pesan yang hendak diterima oleh pengguna internal atau eksternal berasal dari adanya kebutuhan untuk memastikan atau meyakinkan bahwa pesan tertentu akan menciptakan perilaku tertentu dari pengguna internal atau eksternal. Tindakan disfungsional berupamanipulasi data ini disebut sebagai gangguan suara. Metode yang digunakan untuk mendistorsisistem informasi dapat diklasifikasikan menjadi enam kategori besar, diantaranya:
a.       Perataan atau penghalusan mencakup proses pengubahan arus data alami atau terencana tanpa mengubah aktivitas aktual dari organisasi.
b.      Pembiasan mencakup proses pemilihan tanda-tanda yang memiliki kemungkinan paling besar untuk diterima dan dipilih oleh pengirim.
c.       Pemfokusan mencakup proses baik penguatan ataupun pelemahan aspek-aspek tertentudari sekumpulan informasi.
d.      Permainan mencakup proses penyeleksian aktivitas-aktivitas oleh pengirim sehingga menyebabkan terkirimnya pesan.
e.       Penyaringan mencakup proses pemilihan aspek-aspek tertentu yang menguntungkan dari serangkaian informasi yang sama berharganya dari komunikasi melalui pengumpulan, penyajian, agregasi, penahanan, atau penundaan.
f.       Tindakan Ilegal mencakup proses pemalsuan data dan akibatnya melanggar hukum privat atau public.


2.2   Penyusunan dan Verifikasi Teori
Walaupun akuntansi adalah kumpulan teknik-teknik yang dapat digunakan di area-area khusus, akuntansi dipraktikkan dalam suatu kerangka teoretis implisit yang terdiri atas prinsip dan praktik yang telah diterima oleh profesi karena dugaan kegunaan dan logikanya. “Prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum” ini memandu profesi akuntansi dalam memilih teknik akuntansi dan pembuatan laporan keuangan dengan cara yang dianggap sebagai praktik akuntansi yang baik. Sebagai respons terhadap lingkungan, nilai, dan kebutuhan informasi yang berubah, prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum menjadi subjek dari pemeriksaan ulangdan analisis kritis yang konstan.
Perubahan-perubahan pada prinsip terjadi terutama sebagai akibat dari berbagai usaha yang dilakukan untuk memberikan solusi kepada masalah-masalah akuntansi yang muncul dan untuk merumuskan suatu kerangka teoretis bagi disiplin ilmu tersebut. Jadi, suatu hubungan yang jelas terjadi di antara usaha percobaan penyusunan teori akuntansi baik untuk menjustifikasi ataupun untuk menyangkal praktik yang ada. Penyusunan teori akuntansi timbul dari adanya kebutuhan untuk memberikan pemikiran mengenai apa yang dilakukan atau diharapkan dilakukan oleh para akuntan. Proses dari penyusunan teori akuntansi harus diselesaikan oleh verifikasi teori atau validasi teori.
 Machlup mendefinisikan proses ini sebagai berikut: Verifikasi dalam riset dan analisis mungkin mengacu pada banyak hal, termasuk kebenaran matematis dan argumentasi logis, penerapan dari formula dan persamaan, kebenaran dari laporan-laporan, keotentikan dokumen, keaslian dariartifak atau relik, kecukupan reproduksi, terjemahan, dan parafrase, keakuratan dari akun-akun historis dan statistik, bukti-bukti dari kejadian yang dilaporkan,kelengkapan dari urutan kejadian-kejadian dalam suatu situasi konkret, kemampuan percobaan untuk dilakukan kembali, nilai penjelasan atau prediktif dari generalisasi. Pernyataan ini memiliki arti bahwa teori seharusnya menjadi subjek dari suatu ujian logis atau empiris untuk memverifikasi keakuratannya.
 Jika teori itu didasarkan pada matematika,verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan kekonsistenan logika. Jika teori itu didasarkan atas fenomena fisik atau sosial, verifikasi seharusnya diprediksi berdasarkan hubungan antara peristiwa-peristiwa yang dideduksikan dan observasi di dunia nyata. Teori Akuntansi, karenanya, harus menjadi hasil dari suatu proses penyusunan teori dan verifikasi teori. Teori akuntansi yang sudah ada seharusnya menjelaskan dan memprediksi fenomena akuntansi:  kapan fenomena seperti itu terjadi, mereka seharusnya dapat dianggap sebagai verifikasi dari teori. Jika suatu teori tidak dapat memberikan hasil yang diharapkan, teoriter  sebut akan diganti oleh suatu teori “yang lebih baik.”
2.3  Hakikat Teori Akuntansi
Tujuan utama teori akuntansi adalah menyajikan suatu dasar dalam memprediksi danmenjelaskan perilaku serta kejadian-kejadian akuntansi. Teori didefinisikan sebagai “sekumpulan gagasan ataupun konsep, definisi dan dalil yang menyajikan suatu pandangan sistematis tentang suatu fenomena, dengan menjelaskan suatu variabel yang ada dan bertujuan untuk menjelaskan serta memprediksi fenomena. Diakui sejak awal bahwa tidak ada teori akuntansi komprehensif yang berlaku saat ini. Sebaliknya, teori-teori yang berbeda telah ada dan terus diusulkan dalam literatur.  Teori-teori ini muncul dari penggunaan pendekatan yang berbeda dalam penyusunan teori akuntansi atau dari usaha mengembangkan teori akuntansi tingkat menenga, dan bukan satu-satunya teori komprehensif tunggal. Teori akuntansi tingkat menengah berasal dari perbedaan cara peneliti melihat antara “penggunaan”data akuntansi dan “lingkungan” dimana para pengguna dan pembuat data akuntansi seharusnya berperilaku. Perbedaan opini memancing komite konsep danstandar dari America Accounting Association untuk menyimpulkan bahwa:
1.      Tidak ada satupun teori yang mengatur tentang akuntansi keuangan yang cukup kayauntuk mencakup secara menyeluruh spesifikasi lingkungan penggunaan dengan efektif.
2.      Dicantumkan dalam literatur akuntansi keuangan sebagai teori akuntansi keuangan melainkan kumpulan teori-teori yang dapat mengatasi perbedaan-perbedaan yang terjadi dalam spesifikasi lingkungan penggunaan.
Ada beberapa pencetus teori yang berpendapat sebaliknya E.S Hendrikson
mendefinisikan teori akuntansi sebagai sekumpulan prinsip-prinsip luas yang (1)  menyajikan suatu kerangka acuan umum di mana praktek akuntansi dapat dinilai, dan (2) mengarahkan pengembangan praktek dan prosedur baru. McDonald berpendapat bahwa suatu teori memiliki tiga elemen: 1) pengodeanfenomena 2) manipulasi 3) penerjemahan kembali kedunia nyata.
2.4  Metodologi Dalam Perumusan Teori Akuntansi
 Kita sekarang telah menetapkan bahwa suatu teori akuntansi adalah mungkin jika (1) teori memberikan suatu kerangka referansi seperti yang disarankan oleh Hendriksen, dan teori mencakup tiga elemen : pengodean fenomena ke dalam penyajian simbolis, manipulasi atau kombinasi yang mematuhi ataran tertentu, dan penerjemahan kembali ke fenomena dunia nyata, seperti yang disarankan oleh McDonald.
 Akuntansi adalah suatu seni yang tidak dapat diformalisasikan dan bahwa metodologi yang digunakan dalam formulasi suatu teori akuntansi secara tradisional adalah usaha untuk menjustifikasikan apa yang telah terjadi dengan memodifikasikan praktek-praktek akuntansi. Teori tersebut dinamakan akuntansi deskriptif. Sedangkan akuntansi normative adalah teori akuntansi berusaha untuk menjustifikasikan apa yang seharusnya terjadi, bukan apa yang terjadi.
 Dengan resiko terlalu menyederhanakan, diasumsikan bahwa sifat dari fenomena dan isu akuntansi yang kompleks, kedua metodelogi di atas mungkn dibutuhkan untuk merumuskan teori akuntansi. Metodelogi deskripsi berusaha untuk menjustifikasi beberapa praktik akuntansi yang seharusnya dipergunakan. Salah satu teori deskripsi adalah inventory of generally accepted  principles for bussines enterprise oleh Grady, Accounting Pricinples Board Statement.no.4, dan hasil pekerjaan Skinner dan Ijiri .Buku Ijiri berbeda dengan usaha lain dalam perumusan suatu teori, dimana ia tidak bersifat deskriptif tetapi juga merupakan pemeriksaan analitis atas akuntansi melalui (1) suatu pemeriksaan matematis untuk memeriksa struktur secara logis. (2)suatu pemeriksa ekonomi untuk memeriksa apa yang diukur, dan (3) suatu pemeriksaan perilaku untuk memeriksa bagaimana akuntansi dipraktikkan dan digunakan.
 Dibuat diantara dua orientasi yang beberbeda. Satu, akuntansi operasional (operational accounting), ditunjukan ke arah informasi yang berguna bagi manajemen dan keputusan investor,  khususnya keputusan yang berkenaan dengan alokasisumber daya. Kedua, akuntansi ekuitas (equity accounting), di tunjukan ke arah perekonsiliasaian ekuitas pemegang saham dan pihak-pihak lain yang memiliki kepentingan didalam atau di luar organisasi untuk mencapai pendistribusian yang seimbang atas penerimaan atau keuntungan operasi.


2.5  Pendekatan untuk Perumusan Teori Akuntansi

2.5.1  Pendekatan nonteoretis 
Pendekatan nonteoretis adalah suatu pendekatan pragmatis dan pendekatan kekuasaan. Pendekatan pragmatis terdiri atas penyusunan suatu teori yang ditandai oleh kesamaan dengan praktik di dunia nyata yang berguna dalam artian memberikan solusi yang sifatnya praktis. Sedangkan pendekatan kekuasaan untuk merumuskan suatu teori akuntansi yang terutama dipergunakan oleh organisasi professional terdiri atas penerbitan pernyataan sebagai regulasi dari praktik-praktik akuntansi. Karena pendekatan kekuasaan berusaha untuk memberikan solusi praktis, pendekatan ini dengan mudah disamakan dengan pendekatan pragmatis.
Kedua pendekatan berasumsi bahwa teori akuntansi dan teknik akuntansi harus disebutkan dalam dasar penggunaan akhir laporan keuangan, jika akuntansi memeiliki suatu fungsi yang berguna. Dengan kata lain, suatu teori tanpa konsekuensi praktik adalah suatu teori yang buruk. Intinya, pendekatan pragmatis untuk mengembangkan prinsip-prinsip akuntansiyang telah diikuti oleh otoritas akuntansi di masa lampau, dan berusaha untuk menurunkan konflik-konflik dari praktik yang ada hingga saat ini masih bersifat sangat hati-hati dan sementara.Kita juga berpendapat bahwa pendekatan pragmatis adalah bagian dari suatu teori akun. Pendekatan ini, yang berdasar pada rasionalisasi dari pembukuan berganda, dimuat dalam Summa Aritmatica, Geometria, Propotioni et Proponationalita dari Luca Pacioli, yangditerbitkan oleh di Venesia tahun 1494. Pendekatan teori akun merasionalisasikan pilihan dari teknik-teknik akuntansi yang berdasarkan atas pemeliharaan persamaan akuntansi, yaitu persamaan neraca dan persamaan labaakuntansi.Pernyataan neraca biasanya dinyatakan sebagai :
  AKTIVA = KEWAJIBAN + EKUITAS
Persamaan laba akuntansi biasanya dinyatakan sebagai :
LABA AKUNTANSI = PENDAPATAN – BEBAN
Dua persamaan dalam pendekatan teori akun ini mengarahkan kepada berkembangnya dua posisiyang terdapat dalam badan penyusunan standar, yaitu, posisi yang beorientasi pada neraca dan berorientasi pada laba. Dalam kasus manapun, pendekata teori akun, seperti juga pendekatan pragmatis dan kekuasaan, tidak memiliki fondas yang teoritis.

2.5.2 Pendekatan deduktif 
Pendekatan deduktif dalam penyususnan teori manapun diawali dengan dalil dasar danditeruskan dengan pengambilan kesimpulan logis mengenai subjek yang dipertimbangkan. Langkah yang dipergunakan untuk memperoleh pendekatan dediktif akan meliputi : (1) menentukan tujuan dari laporan keuangan (2) memilih “postulat” dari akuntansi (3) menghasilkan “prinsip” dari akuntansi (4) mengembangkan “teknik” dari akuntansi. Karenanya, teori akuntansi yang diperoleh secara deduktif, teknik-teknik akan berhubungandengan prinsip, rumus, dan tujuan demikian sehingga teori akuntansi itu benar, maka tekniknya harus benar. Struktur teoritis dari akuntansi didefinisikan oleh urutan tujuan, rumus, prinsip dan teknis berdasarkan pada suatu formulasi yang benar dengan tujaun akuntansi.
Suatu ujian yang benar dari teori yang dihasilkan juga dibutuhkan. Menurut Popper, pengujian teori deduktif dapat dilaksanakan dengan 4 pokok: Pertama,terdapat perbandingan diantara masing-masing kesimpulan, di manakosistenan internal dari sistem yang diuji. Kedua, terdapat investigasi dari bentuk yang logis teori dengan objek untuk menentukan apakah teori memiliki karakter yang empiris atau sains. Ketiga, terdapat perbandingan dengan teori lain, terutama dengan sasaran untuk menentukan apakah teori tersebut dapat dikatakan merupakan kemajuan ilmiah jika ia dapat melewati berbagai ujian yang kita berikan. Dan terakhir, terdapat ujian dengan cara penerapan empiris darikesimpulan yang diambil dari teori tersebut.

2.5.3 Pendekatan Induktif 
Pendekatan induktif dari penyususnan sebuah teori diawali dengan observasi dan pengukuranserta berlanjut pada kesimpulan umum. Pendekatan induktif untuk suatu teori mencakup empat tahap : (1) mencatat seluruh observasi (2) menganalisis dan mengklasifikasikan observasi ini untuk mendeteksi danya hubunganyang berulang kembali. (3) penurunan induktif dari generalisasi dan prinsip akuntansi dari observasi yangmenggambarkan hubungan berulang. (4) menguji generalisasi.tidak seperti pendekatan induktif, kebenaran, atau ketidak benaran dari dalil tidak bergantung pada dalil lain, tetapi harus diverifikasi secara empiris.
Sama halnya, kita boleh menyatakan bahwa dalil akuntansi yang berasal dari kesimpulan induktif diartikan sebagai teknik akuntansi khusus hanya dengan kemungkinan yang lebih tinggiatau lebih rendah, di mana dalil akuntansi yang berasal dari kesimpulan deduktif mengarah kepada teknik akuntansi khusus dengan pasti. Menarik untuk diingat bahwa walaupun pendekatan deduktif diawali dengan dalil umum, formulasi dari dalil sering diselesaikan dengan alasan induktif, dikondidikan oleh pengetahuan penulis, dan pengalamannya dengan praktik akuntansi.

2.5.4  Pendekatan Etis 
Inti dasar dari pendekatan etis terdiri atas konsep kewajaran (fairness), kesadilan (justice),ekuitas (equity), dan kenyataan (truth). Konsep tersebut merupakan kriteria utama dari D.R.Scott untuk perumusan teori akuntansi. Scott menyamakan “keadilan” dengan perlakuan yang sama kepada seluruh pihak yang berkepentingan, “kenyataan” dengan laporan akuntansi yang benar dan akurat tanpa kesalahan penyajian, dan “kewajaran” dengan jujur, tidak bias, dan penyajian yang tidak memihak akuntan sejak zaman Scott telah menganggap bahwa ketiga konsep ini adalah sama. Sebaliknya, Yu, hanya menerima keadilan dan kewajaran sebagai norma etis dan melihat kenyataan sebagai suatau pernyataan nilai. Konsep “kewajaran” telah menjadietis secara emplisit; secara umum, konsep “kewajaran” mengandung bahwa arti laporan akuntansi tidak menjadi subjek dari pengaruh yang tidak sepantasnya atau bias.
“Kewajaran” secara umum mengandung arti bahwa pembuat informasi akuntansi telah bertindak dalamkeyakinan yang baik dan menggunakan praktik bisnis yang etis dan pertimbangan akuntansi yang baik. “Kewajaran” adalah suatu pernyataan nilai yang dipakai dalam akuntansi secara beraneka ragam. Patillo meranking “kewajaran” adalah suatu standar dasar yang akan digunakan dalam evaluasi dari standar lain, karena ia adalah satu-satunya standar yang mengandung arti “pertimbangan etis.” Suatu diskusi mengenai aktiva, kewajiban, pendapatan, dan biaya adalah hal yang prematur dan tidak berarti hingga prinsip dasar yang akan menghasilkan suatu penyajian yang wajar dari fakta dalam bentuk akuntansi keuangan dan laporankeuangan ditentukan.
Kewajaran dari akuntansi dan laporan ini harus untuk dankepada orang, dan orang-orang ini mewakili berbagai segmen dalam komunitaskita.Apa pun konotasinya, kewajaran telah menjadi salah satu tujuan dasar akuntansi. Committee on Auditing Procedures mengacu pada kriteria dari “kewajaran dari penyajian” seperti: (1) kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum, (2) pengungkapan, (3)konsistensi, dan (4) dapat diperbandingkan. Dalam suatu laporan wajar, auditor tidak hanyamenyatakan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar audit yang berlaku umum tetapi juga suatu opini dengan kata - kata “menyajikan secara wajar”.
Di pemeriksaan yang lebih mendalam dari laporan auditor standar ini, kita lihat bahwa pernyataan “menyajikan secara wajar” dimasukkan sebagai tambahan dari pernyataan auditor mengenai kepatuhan terhadap prinsip-prinsip akunasi yang berlaku umum dan standar audit yang berlaku umum. Keadaan ini bias dilihat sebagai suatu hal yang menguntungkan secara psikologis, karena dapat meningkatkan keyakinan pengguna. Di lain pihak, hal ini dapatdiartikan sebagai suatu standar ganda, karena konsep dari “kewajaran” disubsitusikan oleh ujian-ujian dari prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum dan standar audit yang berlaku umum. “Kewajaran” adalah tujuan yang dinginkan dalam penyusunan suatu teori akuntansi jika apa pun dinyatakan dasarnya diverifikasi secara logis dan empiris dan jika itu dibuat operasionaloleh suatu definisi yang cukup dan identifikasi dari propertinya.

2.5.5 Pendekatan Sosiologis 
Pendekatan sosiologis bagi perumusan teori akuntansi menekankan pengaruh social dari teknik akuntansi. Hal ini merupakan pendekatan etis yang berpusat pada suatu konsep dari kewajaranyang lebih luas, kesejahteraan sosial. Berdasar pada pendekatan sosiologi, prinsip atau teknik akuntansi yang ada dievaluasi untuk penerimaan dari dasar pengaruh laporannya terhadap seluruh kelompok dalam komunitas. Juga tersirat dalam pendekatan ini adalah adanya ekspektasi bahwa data akuntansi akan berguna dalam pembuatan pertimbangan kesejahteraan sosial. Untuk  mencapai tujuannya, pendekatan sosiologi mengasumsikan keberadaan dari “nilai sosial baku” yang mungkin digunakan sebagai kriteria untuk menentukan teori akuntansi. Mungkin sulituntuk mengidentifikasi suatu penerapan yang jelas dari pendekatan sosiologi terhadap penyusunan teori akuntansi, karena adanya masalah yang berhubungan dengan menentukan”nilai-nilai sosial” yang dapat diterima oleh semua orang dan dalam mengidentifikasikan kebutuhan informasi dari mereka yang membuat pertimbangankesejahteraan. Akan tetapi, kita dapat mengidentifikasi kasus-kasus di mana akuntansidiharapkan untuk melayani suatu peran sosial yang berguna. Belkaouidan Beams dan Fertig, yang antara lain mengacu kepada perlunya “penginternalisasian” biaya sosial dan keuntungan sosial dari aktivitas pribadi perusahaan bisnis. Ladd dan Littleton dan Zimmerman membuat beberapa pernyataan bahwa akuntansi seharusnya melayani kepentingan publik dan berevolusisebagai antisipasi dari input publik, kepemilikan minoritas, dan bahkan perselisihan di antarakelompok.
Pendekatan sosiologis terhadap formulasi suatu teori akuntansi telah memberikan kontirbusinya kepada evolusi dari sebuah subdisiplin ilmu akuntansi baru, yang dikenal sebagai akuntan sisosioekonomi. Tujuan utama dari akuntansi sosiekonomi adalah untuk mendorong entitas-entitas bisnis yang berfungsi di sistem pasar bebas untuk memperhitungkan dampak dari pengaruh kegiatan produksi mereka sendiri dalam lingkungan sosial melalui pengukuran, internalisasi, dan pengungkapan dalam laporan keuangan mereka. Selama bertahun-tahun, ketertarikan dalam subdisiplin ini telah meningkat sebagai akibat dari tren tanggung jawab sosial yang didukung oleh organisasi, pemerintah, dan publik. Akuntansi yang berorientasi nilai sosial-dengan penekanannya pada “pengukuran sosial,” ketergantungsnnya pada “nilai-nilai sosial”, dan kesesuaiannya kepada “kriteria kesejahteraan sosial” memungkinkan peran penting dsalam perumusan masa mendatang dari teori akuntansi.

2.5.6  Pendekatan Ekonomi 
Pendekatan ekonomi dalam merumuskan suatu teori akuntansi menekankan pada pengendalian perilaku dari indikator-indikator makro ekonomi yang dihasilkan oleh adopsi dari berbagaiteknik akuntansi. Ketika pendekatan etis berfokus pada suatu konsep “kewajaran” dan pendekatan sosiologi pada suatu konsep “kesejahteraan sosial,” pendekatan ekonomi berfokus pada suatu konsep dari “kesejahteraan ekonomi umum.” Berdasarkan pada pendekatan, pilihan dari teknik akuntansi yang berbeda akan tergantung pada pengaruh mereka pada situasi ekonomi nasional. Swedia adalah contoh yang biasa dari suatu Negara yang menyamakan arah kebijakan akuntansinya dengan kebijakan ekonomi makro.
Secara lebih ekplisit lagi, pilihan teknik akuntansi yang bergantung pada situasi ekonomi khusus. Sebagai contoh, metode „masuk -terakhir keluar- pertama‟ (last in, first out-LIFO) menjadi teknik akuntansi yang lebih menarik selama periode adanya inflasi yang berkelanjutan dibanding metode „masuk -pertama keluar-pertama‟ (first in, fir st out-FIFO) atau metode biaya rata-rata,karena LIFO dianggap akan menghasilkan laba bersih tahunan yang lebih rendah dengan mengasumsikan biaya yang lebihtinggi dan lebih terinflasi untuk barang yang dijual.Kriteria umum dipakai dalam pendekatan ekonomi makro adalah secara awal, bahwa kebijakan dan teknik akuntansi seharusnya mencerminkan “kenyataan ekonomi” dan yangkedua, bahwa pilihan teknik akuntansi seharusnya tergantung pada “konsekuensi ekonomi” adalah istilah tepat yang digunakan untuk berargumentasi demi kepentingan pendekatan ekonomi makro.Hingga sebelum dibentuknya Financial Accounting Standards Board , pendekatan ekonomi dan konsep dari “konsekuensi ekonomi” tidak banyak dipakai dalam akuntansi. Badan professional diharapkan untuk menyelesaikan kontroversi penyusunan standar apa pun dalamkonteks dari akuntansi tradisional.
Hanya sedikit orang yang peduli dengan konsekuensi ekonomi dari kebijakan akuntansi. Pada satu kasus, perlakuan akuntansi dari kredit pajak investasi menimbulkan suatu perdebatan diantara Accounting Principles Board,  perwakilan industri, dan administrasi dari Presiden Kennedy, Johnson, dan Nixon. Pemerintah menentang penggunaan metode penangguhan tersebut atas dasar pemikiran bahwa ia akan mencairkan pengaruh insentif dari suatu alat kebijakan pajak. Oleh karenanya, dalam menyusun standar akuntansi pertimbangan yang tersirat oleh pendekatan ekonomi adalah lebih ekonomi daripada operasional. Walaupun kepercayaan telahada dalam pertimbangan akuntansi teknis di masa lalu, arah dari waktu menyarankan bahwa penyusunan standar mencakup juga kepentingan sosial dan ekonomi.
Konsekuensi ekonomi darilaporan keuangan termasuk, antara lain, (1) distribusi kesejahteraan, (2) tingkat risiko agregatdan alokasi risiko diantara individu, (3) konsumsi dan produksi agregat, (4) alokasi sumber dayaantar perusahaan, (5) penggunaan sumber daya untuk produksi, sertifikasi, penyebaran, pemrosesan, analisis dan interpretasi dari informasi keuangan, (6) penggunaan sumber dayadalam pengembangan, penyesuaian, penekanan, dan litigasi dari regulasi, dan (7) penggunaandari sumber daya dalam sektor privat mencari informasi.

2.6  PENDEKATAN SELEKTIF UNTUK PERUMUSAN TEORI AKUNTANSI
Secara umum, perumusan suatu teori akuntansi dan pengembangan prinsip-prinsip akuntansitelah mengikuti pendekatan yang disajikan di sini, pendekatan selektif adalah terutama merupakan akibat dari berbagai usaha oleh individu dan professional serta organisasi pemerintahan untuk berpartisipasi dalam pematangan konsep dan prinsip dalam akuntansi. Pendekatan selektif ini telah memberikan peningkatan kepada pendekatan baru yang sedang diperdebatkan dalam literatur: pendekatan peraturan, pendekatan perilaku, serta pendekatan kejadian, prediksi, dan positif.
























BAB 3
KESIMPULAN

Pendekatan tradisional terhadap perumusan suatu teori akuntansi telah menggunakan metodologi normatif atau metodologi deskriptif, suatu pendekatan teoritis atau nonteoritis, suatu bentuk alasan deduktif atau induktif, dan telah berfokus pada suatu konsep “kewajaran,“kesejahteraan sosial” atau “kesejahteraan ekonomi.” Pendekatan tradisional telah berubah secara perlahan menjadi pendekatan selektif dan mulai digantikan oleh pendekatan-pendekatanyang lebih baru. Apa pun pendekatan yang dipilih, penting untuk diingat bahwa suatu teoriakuntansi harus di konfirmasikan untuk dapat di terima.
 






















DAFTAR PUSTAKA

Riahi-Belkaoui, Ahmed. 2011.Teori Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar